WHAT TIME IS IT....?????

Sunday, January 29, 2017

Pikachu Cungkring - Place, Moment, Time, Us

Haaaiii.. kamu yang disana...
Yang setiap hari diwakili oleh pikachu imut untuk tak peluk dan tak ciumi...

Aku mungkin tak ingat,
Tulisan sebelumnya hanya berhenti di hari kedua,,,

Hari berikutnya, saat yang tak pernah terbayangkan olehku,,, meskipun pernah terbesit di pikiran ini, apa benar dia tak lagi ber istri. Mengapa gerak geriknya tak lagi seperti seseorang beristri yang mencari "genda`an" baru sebagai pelampiasan kebosanan atau jauh dari istri.

Day -3
Hari ini hari senang2 untuk kami, geng koplak kantor yang butuh refreshing. Yaahh.. it's time to sing. Kami, ber 5 si A  B C kamu dan aku. Nyanyi seperti biasa, lagu2 yang genre nya amburadul. Tapi sangat menyenangkan. Penghilang stress banget. Bandak. Kamu tak punya selera lagu yang sama denganku. Entah kenapa, tapi aku merasa ada beberapa lagu yang bisa menyatukan hatiku dan hatimu

Saat itu,
Aku pulang bersamamu,
Simple, karena yg lain ga searah.
Dengan lantangnya kamu meminta ku "nyabuk ayo"
Aku bersikeras tak mau
Kau mengendari motormu dengan aku dibelakang, pelan sekali, jantungku tak henti berdebar, saat aku mendekat padamu, menyimak setiap kalimat cerita yg keluar dr bibirmu..
Dalam hatiku, ya Allah, perasaanku tak karuan..

Lalu kau menawarkan, yuk ke R***y, sebuah swalayan langganannya. Dan tanpa berpikir aku meng iya kan.

Kita belanja, kamu sih yg belanja, aku cuma beli dikit. Bak layaknya suami istri sedang belanja bulanan. Aku mengikuti mu, kamu mengikutiku. 
Rejekiku kamu yg bayar semua belanjaan.
Ahhh.. perasaan bahagia apa ini.

Kita pulang, lalu kmu bercerita, ada sesuatu yangmau kau ceritakan padaku. Sesuatu rahasia yg tak ada orang lain tahu, dan ini aib. Tapi kau bilang belun siap cerita. Maka aku tak memaksa

Sesampainya di kos, kau seperti ingin bercerita, fapi takut aku mungkin akan ember. Tapi akhirnya kau pun bercerita. 
Aku tahu apa yang akan kamu bahas, tentang mu, tentang kesedihanmu, tentang kesendirianmu, tentang sakit hatimu, tentang penyesalanmu, terutama, tetang kemarahanmu, kekecewaanmu, amarahmu, yang terpendam sendiri begitu lama di balik wajah garang dan ceriamu di hari2 kita bertemu.
Kamu yang hampir 2 tahun ditinggal, dan yang paling menyakitkan adalah yg meninggalkanmu telah menemukan penggantimu, menikah lagi, dan membawa si kecil tak bedosa, bersama nya, tanpa benar2 mengenal ayahnya.
Menyisakan luka pada ayah ibu mu, yang dengan terpaksa merelakan cucu pertama nya yang tak lagi bisa mereka temui.

Sakit yang tak bisa kurasakan, yang saat itu aku pun tak menyangkan, sedih dan simpati padamu, di sisi lain, aku seperti menemukan jalan atas perasaan yg kukira salah, yang terus menguat setiap harinya. Dan aku kini tahu, aku telah tak salah menjatuhkan hatiku.

Day - 4

Aku sedikit lupan tentang ini, yang kuingat hanya hari ini weekend. Kamu pulang ke rumah ibumu, dan aku sepertinya dikosan saja. Setelah cerita itu, aku takut tak bisa menjaganya. Namun aku yakin, aku bisa. Dan semenjak cerita itu pula , kamu malu tapi tetap tak bisa sembunyikan apa yg dirasa.
Kmu bilang, sayang padaku, dengan segala macan katamu yang benar benar mengguncangkan hati ini. Bukan bermaksud simpati atas sakit itu, tapi aku, benar2 tak tahu harus apa. Kenyaatan datang ketika yg ada dipikiranku hanya mengapa sebuah perasaan bodoh ini harus ada di hatiku, disaat aku tahu kau tak lagi punya ruang untukku. Namun yang nyata adalah kau kini sendiri. Aku tak menyangka bahwa di kenyataan masih ada kesempatan untuk kita yang baru.
Huft.. (bahasaku gaenak)

Hari ini, kau menanyakan padaku kembali, apa masih mau aku menerimamu, dengan kondisi mu yang sudah panjang kali lebar kau ceritakan. Dan aku hanya menjawab, ah, aku tak tau mas, aku hanya ingin mendengar langsung darimu, sambil menatap matamu, dan saat itu akan aku putuskan jawaban yang keluar dari mulutku.
Akhirnya, entah itu sabtu atau minggu atau hari libur lain. Aku berdandan cantik, dalam hatiku, sepertinya mulai hari ini aku akn punya pacar :D. Beberapa menit menunggu, kmu datang dengan penampakan yg sedikit berbeda. Kau tak lagi datang dengan supra mu, tapi dengan satria mu. Aku yang kesulitan naik, akhirnya bisa naik juga. Tapi setengah takut karena cara nyetirmu yang sudah seperti pembalap saja. 

Kita berhenti, di sebuah warung kopi yang tak asing bagimu namun asing bagiku. Singkatnya kita minum kopi sambil bercerita. Hujan turun begitu deras, hingga sore itu, menjadi begitu lama karena hujan yg sepertinya mendukung kita terus bersama. Cerita mu yang panjang, menbuat hatiku luluh. Hingga hujan sedikit reda, kita memutuskan balik. Di motor, kmu bilang, aku sudah ngomong jujur didepanmu, yaapa percaya ga ? Dan kujawab dengan hu.um tanda mengiyakan, sambil menempelkan wajahku di bahumu. Saat itu yang kurasa hanya, akuu sepertinya akan sayang padanya, sangat sayang kalau seperti ini.

Ndelalah, hujan turun lagi, mengharuskan kita ngiyup di indomaret. Disitu kita ngobrol sejenak, sambil minum dingin. Sambil kamu terus saja menggoda ku, sembari bercerita hal lain. Aku senang mendengarmu bercerita. Karena dari situ, terpancar kejujuran. 
Hujan mulai reda, dan kita melanjutkan perjalanan. Namun sepertinya hujan sedang mencoba bermain main. Setelah menahan kita cukup lama di warung kopi, lalu reda sejenak dan mengguyur saat dekat indomaret, hingga mewajibkan kita berteduh. Sekarang, baru jalan sebentar hujan kembali mengguyur deras. Hingga memaksa kita berhenti di sebuah warung bakso. Kita makan dan bercerita lagi, begitu dekat, dan hangat ditengah dinginnya hawa malam itu. 
Saat telah reda, eh, iya, btw, kasihan satria mu yang, mandi terus kotor lagi kena cipratan sana sini. Aku pun akhir nya berhasil kamu antar pulang. 
Dan disaat aku sampai dan kamu sampai juga. Ping darimu muncul di notifku, da. Tanpa berpikir kujawab, apa yang ?
Hari itu, 26th, aku memutuskan menerima mu dengan konsekuensi apapun yang akan kuhadapi dan dengan kebahagiaan yang indah yang akan ku lewati setiap harinya

No comments:

Post a Comment