Euforia sepak bola di Indonesia sangat lah hebat dan tentunya penuh dengan aura positif. Setelah kemenangan bertubi-tubi yang semakin meningkatkan semangat pemain ke-12 untuk tetap mendukung dengan sepenuh hati tim kebanggannya dalam partai final. Meskipun pada kenyataanya hasil yang diperoleh Indonesia di akhir tidak begitu memuaskan tapi kebanggan akan garuda di dada tetap membara di diri semua pemain dan suporter. Dan tentunya mereka tidak sabar lagi melihat aksi-aksi tim kebanggan mereka selanjutnya.
Namun ternyata ada saja yang mengganjal salah satu pemain timnas Indonesia untuk terus bermain di Timnas. Secara mengejutkan Persema, salah satu club sepak bola Indonesia memutuskan untuk keluar dari LSI (Liga Super Indonesia). Club yang telah memutuskan untuk tidak lagi menggunakan dana APBD untuk keperluan clubnya ini menyatakan diri bergabung dengan LPI yang merupakan saingan dari LSI. Klub berjuluk Laskar Ken Arok itu ingin menjadi klub profesional dan mandiri yang tidak bergantung pada dana APBD seperti kebanyakan klub-klub LSI. Penggunaan dana APBD dinilai membuat klub jadi tidak profesional karena banyak campur tangan, intrik dan kepentingan. Yang menyebabkan statusnya degradasi. Entah karena masalah dalam tubuh PSSI yang sudah sangat tidak wajar sehingga membuat mereka memutuskan untuk keluar dari segala masalah ini agar mereka tidak lagi berada pada menejemen yang kotor.
Keputusannya untuk keluar dari LSI ini berdampak pada nasib pemainnya, yaitu Irfan Bacdim dan Kim Jeffry Kurniawan. Club yang keluar dari LSI seluruh pemainnya tidak diperkenankan menjadi anggota dari timnas. Ini yang menyebabkan Irfan Bacdim dan Kim Jeffry Kurniawan harus menentukan pilihan yang sulit. Apakah mereka harus bertahan di Persema dan mengikutinya pindah ke LPI dengan mengubur dalam-dalam impian mereka bermain di timnas yang sebentar lagi akan kembali berjuang dalam SEA Games, atau demi cita-cita mereka untuk bermain di Timnas, mereka rela membayar dua kali lipat dari yang mereka terima dari menejemen Persema jika tetap memutuskan untuk keluar dari Persema.
Pilihan yang sulit memang. Mengapa giliran ada sambutan baik kepada kedua pemain naturalisasi tersebut untuk bermain di Indonesia, ada saja hal yang mengganjal tentang sesuatu yang sangat mengganggu dari luar lapangan yang menyebabkan segalanya berpengaruh bagi kondisi pemain. Menejemen yang “ugly” ini harus segera di perbaiki. Adanya kres antara LPI dengan PSSI ini sangat di sayangkan. Harusnya mereka bisa berpikir lebih global. Semua ini demi negara kita, Indonesia. Apa gunanya ada club yang menampung banyak bakat bocah-bocah Indonesia kalau bukan pada akhirnya berjuang untuk negara kita yang tercinta ini. Hakikatnya ini adalah tugas kita pemuda untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dengan menjunjung setinggi-tinggi nama Indonesia dengan menciptakan banyak prestasi gemilang. Jangan hanya karena ego masing-masing semua jadi kacau. Atau juga jangan kerena urusan materi, menghancurkan segalanya.
Seandainya saja masih ada jiwa nasionalisme pada diri para petinggi sepak bola, pasti mereka akan mengesampingkan masalah yang dapat mengganjal jalan menuju Indonesia lebih baik di tahun yang baru ini. Jalan yang terbaik untuk semua adalah berdamai. Dengan membiarkan mereka tetap di Persema hingga kontrak mereka habis dan mengijinkan mereka untuk tetap membela tanah air di Timnas U-23, maka semua orang pasti akan memberikan apreasiasi pada semua pihak yang berkorban untuk negaranya.
Untuk semua rakyat Indonesia baiknya kita kali ini berdoa untuk jalan yang terbaik bagi semua pihak dan berdoa untuk menyingkirkan pihak-pihak yang mengotori persepakbolaan kita agar para pemian dapat dengan sepenuh hati berjuang membawa persepakbolaan Indonesia menuju tingkan yang lebih tinggi.
No comments:
Post a Comment