Keberuntungan,kata ini sering sekali digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sesuatu yang dipercaya orang akan menimbulkan efek baik bagi kehidupannya. Sesuatu yang pada dasarnya dimiliki semua orang. Hanya saja porsi keberuntungan setiap orang berbeda-beda. Porsi tersebut berkaitan dengan bagaimana sikap seseorang terhadap “Si Pemberi Keberuntungan”.
Sebagian orang yang hidupnya kurang baik, merasa bahwa hidupnya tidak beruntung. Sudah berusaha sekuat apapun, namun tetap hasilnya pas-pasan. Bahkan kalau kita amatai banyak orang yang berusaha dengan baik namun hasilnya rasanya tidak sesuai. Seperti contoh kegiatan pembelajaran di kelas. Ada anak yang bisa dibilang termasuk pandai, namun bukan paling pandai, bisa membantu teman lain yang kesulitan memahani, aktif dalam pembelajaran. Termasuk dalam golongan siswa yang status dan perilakunya biasa-biasa saja dan baik-baik saja. Namun ketika hasil akhir keluar, orang mungkin tidak akan percaya, dan berkata,”Masa’ sih? Harusnya lebih dari itu. Masa’ kalah sama xxx yang malas dan suka membuat onar.” Ini yang membuat orang bisa merasa bahwa dirinya sangat kurang beruntung. Padahal mungkin saja ada faktor lain. Misalnya ia kurang berdoa. Doa adalah kekuatan terbesar yang merupakan kunci keberhasilan jika diiringi dengan usaha yang sungguh-sungguh. Atau mungkin dia tidak berbakti pada orang tua. Atau mungkin, bukannya dia tidak beruntung, tapi Tuhan punya rencana lain yang lebih baik dari yang ia pikirkan.
Sebagian lagi menganggap atau bahkan kebanyakan darinya dianggap oleh orang lain memiliki keberuntungan yang besar. Contohnya ada seorang teman yang dikatakan oleh teman yang lain bahwa ia memiliki keberuntungan yang besar. Di setiap ujian akhir SD, SMP,dan SMA ia selalu mendapatkan NUN yang baik. Di SD NUN nya mampu menembus SMP terkemuka di kota tempat ia tinggal. Begitu juga nilai ujian akhir SMPnya termasuk dalam 5 besar pemilik NUN tertinggi. Di SMA yang mengejutkan adalah ia mempu menembus seleksi ujian masuk perguruan tinggi negeri terkemuka dengan jurusan bonafit di Indonesia. Padahal sehari-harinnya, ia bisa dibilang murid yang memiliki catatan pelanggaran yang cukup banyak, kemampuan akademik yang biasa-biasa saja. Di kelas lebih sering tidur atau bicara sendiri. Namun nilai ujian akhirnya selalu baik. Tapi hanya pada ujian akhir memasuki sekolah yang jenjangnya lebih tinggi. Nilainya sehari-hari biasa saja dan tidak pernah mendapat rangking yang baik di kelas. Orang lain ketika mengetahui hasil akhirnya berkata,”Masa’ sih? Aku masih tidak percaya. Anak seperti dia bisa mendapat nilai sebagus itu. Pasti keberuntungannya besar nih. ” Kita kutanyakan perihal keberuntungannya, dengan santainya ia menjawab,”Aku juga tidak tahu. Mungkin ini karena doa ibuku yang sangat kuat.” Ternyata setelah diteliti, kuncinya adalah ia sangat berbakti pada orangtuanya dan sangat menyayangi kedua orang tuanya, tidak pernah melawan orang tuanya.
Keberuntungan bisa muncul dalam diri kita jika kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh dengan ketekunan ditambah dengan doa dari diri kita sendiri dan orang-orang terdekat kita. Ketahuilah sesunguhnya semua kehidupan ini sudah diatur oleh Tuhan yang maha mengatur. Tinggal bagaimana kita menyikapi hal-hal yang terjadi. Jika kita menyikapinya dengan pemikiran yang positif maka nantinya hasilnya akan baik pula, baik yang sesuai dengan pemikiran kita atau tidak, sedangkan jika kita menaggapinya dengan pemikiran yang negatif, maka hasilnya akan tidak lebih baik dari yang kita harapkan. Dengan selalu berpikir positif, maka kita akan merasakan bahwa setiap waktu yang kita lewati, hal-hal yang kita lalui adalah keberuntungan yang selalu mengiringi perjalanan hidup kita.
No comments:
Post a Comment